Facebook hari Jumat (14/6/2013) mengungkap bahwa pihaknya menerima 9.000 sampai 10.000 permintaan tentang data penggunanya dari pihak berwenang Amerika Serikat, lansir AFP.
Permintaan-permintaan data itu antara lain terkait dengan kasus anak hilang, kejahatan kecil, hingga ancaman terorisme, atas sekitar 18.000-19.000 akun pengguna. Namun, Facebook tidak menjelaskan seberapa sering permintaan data pengguna situs jejaring sosial itu dilakukan oleh pihak keamanan AS.
Facebook yang sempat dituding sebagai kaki tangan intelijen AS membela tindakannya.
Perusahaan yang dipelopori oleh pemuda Yahudi Amerika itu mengaku berusaha menjaga informasi penggunanya, dengan hanya memberikan data sekedarnya atau lebih sedikit daripada yang diminta pihak kemananan AS. Kami meresponnya hanya sebatas yang dituntut oleh undang-undang, kata Ted Ullyot dari Facebook dalam pernyataannya.
Facebook berusaha mengatasi meluasnya kecaman publik atas situs jejaring sosial yang dikelolanya, setelah seorang pekerja kontrak untuk badan-badan intelijen pemerintah AS, Edward Snowden, mengungkap bahwa Facebook termasuk salah satu perusahaan besar internet yang menyerahkan data-data penggunanya kepada lembaga keamanan nasional AS, NSA, yang memiliki program intelijen bernama PRISM.
Selain Facebook, perusahaan yang menyerahkan datanya ke NSA antara lain Apple, Google, Microsoft dan Yahoo. Mereka tentu saja serentak membantah pihak keamanan AS masuk ke server miliknya.
Edward Snowden, pekerja kontrak yang menangani jaringan komputer NSA dan mengungkap adanya program intelijen pemerintah AS bersandi PRISM, juga mengungkap bahwa NSA menampung data rekaman komunikasi lewat telepon.*